Oleh : Dhimas Ragil Kurnia

Danau merupakan bentuk perairan menggenang yang cukup luas yang terjadi secara alami karena fenomena alam. Sedangkan perairan menggenang lainnya yg mirip dengan danau namun merupakan buatan manusia disebut waduk. Menurut Sastrodinoto (1982), waduk merupakan danau buatan yang terbentuk karena adanya bendungan-bendungan besar dan sebelumnya wilayah tersebut merupakan sungai dan daratan. Danau maupun waduk merupakan ekoseistem terbuka yang didalam terdapat komponen biotic maupun abiotik yang saling mempengaruhi (Odum, 1971).

Zonasi danau/waduk, menurut Benton (1976):

  1. Zona fotik. Merupakan zona fotosintesis organisme berfilamen, terutama fitoplankton dan tumbuhan lainnya. Zona ini terdiri dari zona litoral, zona eufotik dan zona limnetik.
  2. Zona afotik. Merupakan zona yang minim penetrasi cahaya, sehingga sering disebut zona gelap atau profundal.
  3. Zona kompensasi. Merupakan batas antara zona fotik dan afotik.

Stratifikasi danau/waduk menurut Goldman dan Horne (1983):

  1. Epilimnion. Lapisan air paling atas, lebih panas dan kurang padat.
  2. Hypolimnion. Lapisan di bawah epilimnion, lebih dingin dan padat.
  3. Metalimnion. Batas antara Epilimnion dan hipolimnion, sering disebut daerah termoklin.

Kategori danau/waduk, menurut Odum (1971):

  1. Danau oligotrofik, danau dengan kandungan nutrient sedikit. Cirri-ciri : dalam, lapisan hypolimnion lebih besar daripada epilimnion, produktifitas primernya rendah dan umur geologinya muda.
  2. Danau Mesotrofik, danau dengan kandungan nutrient sedang. Ciri-ciri: Temperatur secara vertical bervariasi, bahan organic pada dasar perairan dan yang tersuspensi cukup melimpah, oksigen terlarut pada lapisan bawah sangat rendah, bahkan nol, miskin fauna bentik, serta kandungan Ca, P dan N sangat kecil.
  3. Danau eutofik, danau dengan kandungan nutrient tinggi. Ciri-ciri: Airnya dangkal, produktivitas primer tinggi, tumbuhan di zona litoral melimpah, populasi plankton padat dan kadang blooming.

DOWNLOAD VERSI MS.WORD DI SINI>>>